Selamat Datang di My Blog

Dengan membuka blog ini saya harap bisa saling berbagi...

Sabtu, 06 Februari 2010

Sejarah Perang Salib

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagaiman telah kita ketahui, bahwa peristiwa penting dalam gerakan ekspansi yang di lakukan oleh Alp Arselan adalah peristiwa manzikart, tahun 464 H (1071 M). tentara Alp Arselan yang hanya berkekuatan 15.000 prajurit, dalam peristiwa ini behasil mengalahkan tentara Romawi yang berjumlah 200.0000 orang, terdiri dari tentara Romawi, Ghuz, Al-Akraj, Al-Hajar, prancis dan Armenia. Peristiwa besar ini menanamkan benih permusuhan dan kebencian orang-orang Kristen terhadap umat Islam, yang kemudian mencetuskan PERANG SALIB. Kebencian itu bertambah setelah dinasti Seljuk dapat merebut Bait Al-Maqdis pada tahun 471 H dari kekuasaan Dinasti Fathimiyah yang berkedudukan di mesir. Penguasa Seljuk menetapkan beberapa peraturan bagi Umat Kristen yang ingin berziarah kesana. Peraturan ini dirasakan sangat menyulitkan mereka. Untuk memperoleh kembali keleluasaan berziarah ketanah suci Kristen itu, pada tahun 1095 M, Paus Urbanus II berseru pada umat Kristen di Eropa supaya melakukan perang suci, perang ini kemudian di kenal dengan nama PERANG SALIB,
Sebagian para pakar menyebutkan bahwa akar utama kerjasama antara gerakan misionaris dengan para imperialis ialah perang salib. Salah satu periode yang amat penting dalam sejarah hubungan dunia Islam dan Kristen adalah era Perang Salib. Perang Salib dimulai pada tahun 1095 Masehi atau 489 Hijriah dan berlangsung sampai selama hampir dua abad. Jumlah perang yang terjadi selama masa itu tidaklah jelas, namun perang terbesar terjadi sepuluh kali dan di setiap perang terjadi banyak pertempuran. Di sepanjang Perang Salib, yang dimulai dengan serangan orang-orang Kristen ekstrim untuk menaklukkan Baitul Maqdis, ratusan ribu umat Islam telah terbunuh. Namun, umat Islam berhasil mempertahankan Baitul Maqdis dan tentara salib terpaksa meninggalkan Suriah, Mesir, dan kawasan muslim lainnya

PEMBAHASAN

A. Perang Salib
Perang Salib adalah kumpulan gelombang dari pertikaian agama bersenjata yang dimulai oleh kaum Kristiani pada periode 1095 – 1291; biasanya direstui oleh Paus atas nama Agama Kristen, dengan tujuan untuk menguasai kembali Yerusalem dan “Tanah Suci” dari kekuasaan Muslim dan awalnya diluncurkan sebagai respon atas permohonan dari Kekaisaran Byzantium yang beragama Kristen Ortodox Timur untuk melawan ekspansi dari Dinasti Seljuk yang beragama Islam ke Anatolia. Perang Salib berpengaruh sangat luas terhadap aspek-aspek politik, ekonomi dan sosial, yang mana beberapa bahkan masih berpengaruh sampai masa kini. Seperti yang telah kita ketahui bahwa Perang Salib terjadi dalam beberapa Periode yaitu:
1. Periode Pertama
Perang Salib pertama dimulai di bawah pimpinan Urbanus kedua. Dengan fatwa para pendeta kristen, pasukan besar Eropa, disertai tokoh-tokoh pemerintah Eropa dan pimpinan gereja bergerak menuju Baitul Maqdis yang berlokasi di tanah pendudukan Palestina. Di sepanjang kota-kota Islam yang mereka lalui, mereka membunuhi ratusan ribu manusia, lelaki, wanita, dan anak-anak. Sejarawan terkenal Perancis, Gustav Lubon mengenai Perang Salib menulis, “Di zaman terjadinya Perang Salib, peradaban timur berada dalam tahap kegemilangannya berkat Islam. Sebaliknya, Eropa tenggelam dalam kegelapan dan kezaliman. Ada sekelompok tentara salib yang ganas. Mereka membunuh dan merampok kawan maupun lawan, kelompok sendiri maupun pasukan asing.”
Pada musim semi tahun 1095 M, 150.000 orang Eropa, sebagian besar orang perancis dan Norman, berangkat menuju Konstantinopel, kemudian kepalestina. Tentara salib yang di pimpin oleh Godfrey, Bohemod, dan Raymond ini memperoleh kemenangan besar pada tanggal 18 juni 1097 mereka berhasil menaklukan Nicea tahun 1098 M menguasai Raha (Edessa). Disini mereka mendirikan kerajaan Latin I dengan Baldawin sebagai Raja. Pada tahun yang sama mereka dapat menguasai Antiochea dan mendirikan kerajaan lati II di timur. Bohemond di lantik menjadi Rajanya. Mereka juga berhasil menduduki Bait Al-Maqdis (15 juli 1099 M) dan mendirikan kerajaan Lati III dengan Rajanya Godfrey. Setelah penaklukan Bait Al-Maqdis itu tentara salib melanjutkan ekspansinya. Mereka menguasai kota Akka (1104 M). Tripoli (1109 M) dan kota Tyere (1124 M). di Tripoli mereka mendirikan kerajaan lati IV, Rjanya adalah Raymond.
2. Periode Kedua
Imaduddin Zanki, penguasa Moshu, dan irak, berhasil menaklukan kembali Aleppo, Hamimah, dan Edessa pada tahun 114 M. namun ia wafat tahun 1146 M. tugasnya di lamjutkan oleh putranya, Nuruddin Zanki. Ia berhasil kembali merebut Antiochea pada tahun 1149 M dan pada tahun 1151 seluruh Edessa dapat di rebut kembali.
Kejatuhan Edessa ini membuat orang-orang Kristen menobarkan perang Salib kedua. Paus Eugeneus III menyerukan perang suci yang di sambut positif oleh Raja perancis Louis VII dan raja Jerman Condrad II. Keduanya meminpin pasukan Salib untuk merebut wilayah Kristen di syiria, akan tetapi gerak maju mereka di hambat oleh Nuruddin Zanki, mereka tidak berhasil memasuki Damaskus. Louis VII dan Condrad II sendiri melarikan diri pulang ke negrinya. Nuruddin wafat tahun 1174 M. pimpinan perang kemudian di pegang oleh Shalah Al-Din Al-Ayyubi yang berhasil mendirikan dinsti Ayyubiyah di mesir tahun 1175 M. hasil peperangan Shalah Al-Din yang terbesar adalah merebut kembali Yarussalem pada tahun 1187 M. dengan demikian kerajaan latin Yarussalem yang berlngsung selama 88 tahun berakhir.
Jatuhnya Yarussalem ke tangan kaum muslimin sangat memukul tentara salib, merekapun menyusun rencana balasan, kali ini Tentara Salib di pimpin oleh Frederick Barbarossa, raja Jerman, Richard The Lion Hart, raja Inggris dan Philip Augustus, raja Prancis. Pasukan ini bergerak pada tahun 1189 M. meskipun mendapat tantangan berat dari Shalah Al-Din, namun mereka berhasil merebut Akka yang kemudian di jadikan ibu Kota kerajaan Latin. Akan tetapi mereka tidak berhasil memasuki palestina, pada tanggal 2 Nopember 1192 M, dibuat perjanjian antara tentara Salib dengan Shalah Al-Din yang di sebut dengan Shulh al-Ramlah. Dlam perjanjia ini di sebutkan bahwa orang-orang Kristen yang pergi berjiarah ke Bait al-Maqdis tidak akan di ganggu.
3. Periode Ketiga
Tentara Salib pada periode ini dipimpin oleh Raja jerman, Frederick II. Kali ini mereka berusaha merebut Mesir lebih dahulu sebelum ke palestina, dengan harapan dapat bantuan dari orang-orang Kristen Qibthi. Pada tahun 1219 M, mereka berhasil menduduki Dimyat. Raja mesir dari dinasti Ayyubiyah waktu itu, A-Malik Al-Kamil melepaskan palestina, Frederick menjamin keamanan kaum muslimin di sana dan Frederick tidak mengirim bantuan kepada Kristen di Syiria. Dalam perkembangan berikutnya palestina dapat di rebut kembali oleh kaum Muslimin tahun 1247 M, di masa pemerintahan Al-Malik al-Shalih, penguasa mesir selanjutnya. Ketika Mesir di kuasai oleh dinasti Malik yang mengganti dinasti Ayyubuyah . pimpinan perang diganti oleh Baybars dan Qalawun , pada masa merekalah Akka dapat direbut kembali oleh kaum muslimin, tahun 1291 M. Demikianlah Perang salib yang terjadi di timur, perang ini tidak berhinti di barat, di spayol, sampai Umat Islam terusir dari sana.
Walaupun umat islam berhasil mempertahankan daerah-daerahnya dari tentara salib, namun kerugian yang mereka derita banyak sekali, karena peperangan itu terjadi di wilayahnya. Kerugian-kerugian ini mengakibatkan kekuatan politik Umat Islam menjadi lemah, dalam kondisi demikian mereka bukan menjadi bersatu, tetapi malah terpecah belah. Banyak dinasti kecil yang memerdekakan diri dari pemerintahan pusat Abbasiyah di Baghdad.
Di sepanjang era perang Salib dan pasca perang, terutama ketika Byzantium jatuh ke tangan umat Islam, mereka mulai merusak citra Islam dan menyajikan gambaran yang telah diubah di kalangan orang-orang Kristen. William Montgomery Watt, seorang peneliti Inggris, pernah menulis bahwa wajah Islam yang telah diubah oleh pendeta Kristen. Dalam pemikiran umat Kristen pada abad ke-12 ditanamkan penggambaran bahwa Islam itu agama pedang dan kekerasan serta Nabi Muhammad SAW adalah penentang Nabi Isa a.s. Menurut Watt, hasil dari distorsi penggambaran Islam ini berlanjut hingga abad ke-19 dalam pemikiran orang-orang Eropa. Malah, hingga saat ini, distorsi itu tetap kekal dalam pemikiran masyarakat Barat dan dampaknya masih bisa dilihat sampai hari ini. Watt juga menambahkan bahwa pembentukan gambaran buruk mengenai Islam sebagian besar merupakan reaksi umat Kristen yang melihat bahwa peradaban umat Islam di Andalus amat tinggi melampaui mereka.

B. Penyebab Terjadinya Perang Salib
Banyak pendapat yang dikemukakan mengenai penyebab dan motivasi terjadinya Perang Salib ini. Doktor John L. Esposito, dosen universitas George Town Amerika menulis: Sebagian besar masyarakat Barat mengakui adanya kenyataan tertentu yang berhubungan dengan Perang Salib, tetapi banyak di antara mereka yang tidak mengetahui bahwa Perang Salib yang mengakibatkan korban yang amat besar ini adalah atas perintah Paus. Bagi umat Islam, kenangan atas Perang Salib merupakan satu contoh nyata dari militerisasi kristen ekstrim, sebuah kenangan yang membawa pesan bagi serangan dan imperialisme Kristen barat.
Menurut para ahli sejarah, Perang Salib adalah hasil dari kebijakan para pemimpin gereja, pemerintah Eropa, serta misionaris yang menentang Islam. Sikap tamak dan kefakiran yang melanda masyarakat Barat membuat mereka berambisi merebut kekayaan umat Islam dan inilah salah satu alasan dimulainya Perang Salib. Alasan-alasan lainnya adalah keinginan mengekspansi wilayah Eropa, timbulnya fanatisme terhadap agama, keinginan untuk menaklukkan Baitul Maqdis, serta membebaskan pemakaman suci di sana.
Perang Salib membawa kemajuan sosial bagi masyarakat Barat. Rakyat Eropa yang saat itu berperadaban rendah, mulai mengenal kecemerlangan peradaban umat Islam dan mereka mulai mempelajari ilmu dan peradaban dari rakyat muslim. Tetapi, seperti apa yang telah ditulis oleh sejarawan terkenal bernama Twin B, “Orang-orang Kristen mengambil manfaat dari kemajuan peradaban dan kesenian umat Islam tetapi permusuhan bersejarah fanatisme Kristen dengan Islam Timur tidak pernah berkurang.”






KESIMPULAN

Peristiwa penting dalam gerakan ekspansi yang di lakukan oleh Alp Arselan adalah peristiwa manzikart, tahun 464 H (1071 M). tentara Alp Arselan yang hanya berkekuatan 15.000 prajurit, dalam peristiwaini behasil mengalahkan tentara Romawi yang berjumlah 200.0000 orang, terdiri dari tentara Romawi, Ghuz, Al-Akraj, Al-Hajar, prancis dan Armenia. Peristiwa besar ini menanamkan benih permusuhan dan kebencian orang-orang Kristen terhadap umat Islam, yangkemudian mencetuskan PERANG SALIB.
Pada Perang Salib Periode pertama, Tentara salib yang di pimpin oleh Godfrey, Bohemod, dan Raymond ini memperoleh kemenangan besar pada tanggal 18 juni 1097 mereka berhasil menaklukan Nicea tahun 1098 M menguasai Raha (Edessa). Disini mereka mendirikan kerajaan Latin I dengan Baldawin sebagai Raja.
Pada Perang Salib periode Kediua Imaduddin Zanki, penguasa moshu, dan irak, berhasil menaklukan kembali Aleppo, Hamimah, dan Edessa pada tahun 114 M. namun ia wafat tahun 1146 M. tugasnya di lamjutkan oleh putranya, Nuruddin Zanki. Ia berhasil kembali merebut Antiochea pada tahun 1149 M dan pada tahun 1151 seluruh Edessa dapat di rebut kembali.
Pada Perang Salib Periode ketiga yang dipimpin oleh Raja jerman, Frederick II. Kali ini mereka berusaha merebut Mesir lebih dahulu sebelum ke palestina, dengan harapan dapat bantuan dari orang-orang Kristen Qibthi. Dan Pada tahun 1219 M mereka berhasil menduduki Dimyat dan pada masa kepeminpinan Baybars dan Qalawun Akka dapat direbut kembali oleh kaum muslimin, tahun 1291 M..
Penyebab terjadinya Perang Salib Menurut para ahli sejarah, Perang Salib adalah hasil dari kebijakan para pemimpin gereja, pemerintah Eropa, serta misionaris yang menentang Islam. Sikap tamak dan kefakiran yang melanda masyarakat Barat membuat mereka berambisi merebut kekayaan umat Islam dan inilah salah satu alasan dimulainya Perang Salib. Alasan-alasan lainnya adalah keinginan mengekspansi wilayah Eropa, timbulnya fanatisme terhadap agama, keinginan untuk menaklukkan Baitul Maqdis, serta membebaskan pemakaman suci di sana.
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Badri Yatim, M.A. Sejarah Peradaban Islam, PT Raja Grafindo Jakarta.
Abd Al-Rahman Tajudin, Dirasat fi al-tharikh al-islami, Kairo, Maktabah Al-Sunnah Al-Muhammadiyah, 1953.
Hassan Ibrahim Hassan , Tarikh al-Islam , jilid IV. Kairo, Maktabah Al-Nahdhah Al-Mishriyah, 1976.

M. Yahya Harun, perang salib dan perang salib di Eropa,Yogyakarta,BinaUsaha 1987.